Inilah "kisah tersembunyi" dibalik
penampakan AKIK SIKSA KUBUR 4. Kisah
Ini nyata, senyata “ayat-ayat Allah” dialam semesta ini bagi umatnya yang
berpikir dan berakal sehat.
Tersebutlah
seorang yang kaya. Sebut saja namanya Bandi (49) asal pulau garam, Madura. Ia
dikenal sebagai pedagang buah terkenal dan berhasil. Dia dan keluarganya selalu
bergelimang dengan harta.
Namun,
kekayaan yang dimiliki Bandi itu tidak membuat dia menjadi orang yang ingat
kebesaran Allah dengan rezeki yang telah diberikan padanya sehingga dia jadi
dermawan atau ringan tangan terhadap orang miskin, paling tidak orang yang lagi
dilanda kesusahan. Justru, dia selalu menggenggam jemari tangannya dengan erat
dan bahkan congkak terhadap orang miskin.
Mungkin,
tidak jadi soal jika Bandi tidak mau membantu orang yang butuh namun masih
dengan cara baik dan rendah hati. Tapi, sudah tak mau mengulurkan tangan. Bandi
masih berbohong, dan merasa tidak sebagai saudara.
Suatu
hari, pernah ada ( sebut saja) Tolkhah, sepupu Bandi dari jauh yang datang ke
rumahnya untuk meminjam uang. Tolkhah sedang ditimpa musibah, lantaran anaknya
sakit sehingga butuh biaya tak sedikit untuk berobat.
Jelas, Tolkhah tidak mungkin
pulang jika tanpa usaha. Dia sudah jauh terlanjur sampai di rumah Bandi, maka
akhirnya memberanikan membuka mulut untuk meminjam uang padanya. Bukannya
mendapat pinjaman uang, umpatan dan cercaan malah didapatkannya dari mulut
Bandi. Dan, akhirnya Tolkhah pulang dengan muka langkah gontai.
Itulah gambaran kekikiran Bandi,
meski saudara sendiri yang datang berbicara hutang. Pasti ditolaknya. Selain
dikenal angkuh dan sombong, Bandi juga nyaris tak pernah hadir jika ada warga
atau tetangga yang lagi punya hajat. Maklum jika satu dua kali tak hadir,
tetapi seringkali undangan warga itu tidak pernah dipenuhi Bandi dengan seribu
alasan, seperti sibuk kerja atau sedang ke pergi ke luar kota.
Waktu terus berjalan, roda
kehidupan datang silih berganti. Ada orang yang kaya, ada pula yang miskin. Ada
sehat, ada pula sakit. Ada siang, juga malam. Kadang di atas, suatu kali pun
bisa jadi berganti ada di bawah. Seperti halnya Bandi, dia tak selamanya
menjadi orang kaya yang bisa merendahkan setiap orang yang ada di sekitarnya.
Ia juga tak selamanya akan sehat.
Hingga pada saatnya, ia
mengalami stroke, tepatnya di kepala bagian kanan. Sakit yang dideritanya itu
tak bisa lagi membuatnya pergi untuk berjualan buah. Tak pelak, ia pun hanya
terbaring lemah di atas ranjang, menatap langit rumah yang kelam.
Ia tidak mampu berkata-kata
kasar pada orang-orang disekitarnya. Ia tak kuasa lagi berbicara dengan keras.
Tak kuasa bergerak leluasa, bahkan sekadar untuk memalingkan wajahnya ke kiri
atau kanan. Ia sudah tak mampu lagi berbuat banyak.
Satu bulan berlalu, sakit yang
diderita Bandi ternyata belum pulih. Maka keluarga dan anak-anak Bandi ditikam
bingung. Pasalnya sudah sebulan itu
pula Bandi menginap di rumah sakit dan
biaya rumah sakit sudah membengkak tinggi. Karena tidak pernah menderita
sakit seperti itu sebelumnya, Bandi pun sering menjerit-jerit dengan
kencang,dan keras lantaran tak kuasa menderita rasa sakit.
Puncaknya Allah menghendaki Bandi
meninggal dunia. Pria kikir ini menghembuskan nafas terakhir seusai menderita
sakit yang tak terperikan. Ia menjerit-jerit, hingga akhirnya kesunyian menjadi
saksi bahwa Bandi telah meninggal dunia.
Setelah keluarga mengurus biaya
rumah sakit, almarhum dibawa pulang ke rumah untuk dikebumikan hari itu. Meski
Bandi dikenal kurang baik oleh warga kampung, tetap ada sebagian warga yang
melayat. Jenazah almarhum kemudian dimandikan, dikafani, dishalati kemudian
diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhir. Tak ada kejadian aneh yang
terjadi waktu pemakaman berlangsung.
Singkat cerita, tahlilan dan
yasinan itu dilakukan setelah Maghrib dan rencananya, acara itu akan digelar
selama 40 hari. Tapi saat tahlilan dan yasinan itu berlangsung 1 minggu,
kejadian aneh terjadi. Tiba-tiba kuburan Bandi meledak hebat. Orang yang sedang
tahlilan kaget, tercekat bunyi ledakan. Apalagi sesaat kemudian, dari dalam
kubur muncul seekor ular besar yang menjulur-julurkan lidahnya ke arah warga
yang sedang membaca surat Yasin.
Seketika orang yang hadir dalam
acara tahlilan itu berhamburan kabur, lari tunggang langgang. Tetapi, tidak
berapa lama kemudian, ular raksasa itu masuk kembali ke kubur yang sudah
terbuka. Kejadian aneh itu ditafsiri
warga dengan berbagai cerita. Tetapi, yang jelas di malam itu anak-anka
almarhum Majnun segera meminta orang-orang yang ikut tahlilan untuk
merahasiakan kejadian aneh tersebut agar tutup mulut, dan setiap orang diberi
uang yang lumayan besar.
Tentu saja, cerita tragis yang
dialami keluarga Bandi itu bukanlah suatu kebetulan belaka. Lantaran semasa
hidupnya, Bandi dikenal sebagai orang yang sombong, angkuh dan punya
pesugihan.
Padahal, Allah menganjurkan umat
Islam supaya tidak sombong sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan sombong, sesungguhnya Allah tak menyukai orang
yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Lukman: 18).
Dan, pesugihan itu adalah syirik
dan dosa syirik adalah dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah.Semoga kisah
ini kita ambil hikmahnya (lk/ berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar