Selasa, 16 Februari 2016

Akik Siksa Kubur 4



Inilah "kisah tersembunyi"  dibalik penampakan AKIK SIKSA KUBUR 4. Kisah Ini nyata, senyata “ayat-ayat Allah” dialam semesta ini bagi umatnya yang berpikir dan berakal sehat. 

 Tersebutlah seorang yang kaya. Sebut saja namanya Bandi (49) asal pulau garam, Madura. Ia dikenal sebagai pedagang buah terkenal dan berhasil. Dia dan keluarganya selalu bergelimang dengan harta. 

Namun, kekayaan yang dimiliki Bandi itu tidak membuat dia menjadi orang yang ingat kebesaran Allah dengan rezeki yang telah diberikan padanya sehingga dia jadi dermawan atau ringan tangan terhadap orang miskin, paling tidak orang yang lagi dilanda kesusahan. Justru, dia selalu menggenggam jemari tangannya dengan erat dan bahkan congkak terhadap orang miskin. 

Mungkin, tidak jadi soal jika Bandi tidak mau membantu orang yang butuh namun masih dengan cara baik dan rendah hati. Tapi, sudah tak mau mengulurkan tangan. Bandi masih berbohong, dan merasa tidak sebagai saudara.

Suatu hari, pernah ada ( sebut saja) Tolkhah, sepupu Bandi dari jauh yang datang ke rumahnya untuk meminjam uang. Tolkhah sedang ditimpa musibah, lantaran anaknya sakit sehingga butuh biaya tak sedikit untuk berobat.

Jelas, Tolkhah tidak mungkin pulang jika tanpa usaha. Dia sudah jauh terlanjur sampai di rumah Bandi, maka akhirnya memberanikan membuka mulut untuk meminjam uang padanya. Bukannya mendapat pinjaman uang, umpatan dan cercaan malah didapatkannya dari mulut Bandi. Dan, akhirnya Tolkhah pulang dengan muka langkah gontai.

Itulah gambaran kekikiran Bandi, meski saudara sendiri yang datang berbicara hutang. Pasti ditolaknya. Selain dikenal angkuh dan sombong, Bandi juga nyaris tak pernah hadir jika ada warga atau tetangga yang lagi punya hajat. Maklum jika satu dua kali tak hadir, tetapi seringkali undangan warga itu tidak pernah dipenuhi Bandi dengan seribu alasan, seperti sibuk kerja atau sedang ke pergi ke luar kota.

Waktu terus berjalan, roda kehidupan datang silih berganti. Ada orang yang kaya, ada pula yang miskin. Ada sehat, ada pula sakit. Ada siang, juga malam. Kadang di atas, suatu kali pun bisa jadi berganti ada di bawah. Seperti halnya Bandi, dia tak selamanya menjadi orang kaya yang bisa merendahkan setiap orang yang ada di sekitarnya. Ia juga tak selamanya akan sehat.

Hingga pada saatnya, ia mengalami stroke, tepatnya di kepala bagian kanan. Sakit yang dideritanya itu tak bisa lagi membuatnya pergi untuk berjualan buah. Tak pelak, ia pun hanya terbaring lemah di atas ranjang, menatap langit rumah yang kelam.

Ia tidak mampu berkata-kata kasar pada orang-orang disekitarnya. Ia tak kuasa lagi berbicara dengan keras. Tak kuasa bergerak leluasa, bahkan sekadar untuk memalingkan wajahnya ke kiri atau kanan. Ia sudah tak mampu lagi berbuat banyak.

Satu bulan berlalu, sakit yang diderita Bandi ternyata belum pulih. Maka keluarga dan anak-anak Bandi ditikam bingung.  Pasalnya sudah sebulan itu pula  Bandi menginap di rumah sakit dan biaya rumah sakit sudah membengkak tinggi.  Karena tidak pernah menderita sakit seperti itu sebelumnya,  Bandi pun sering menjerit-jerit dengan kencang,dan keras lantaran tak kuasa menderita rasa sakit.

Puncaknya Allah menghendaki Bandi meninggal dunia. Pria kikir ini menghembuskan nafas terakhir seusai menderita sakit yang tak terperikan. Ia menjerit-jerit, hingga akhirnya kesunyian menjadi saksi bahwa Bandi telah meninggal dunia.

Setelah keluarga mengurus biaya rumah sakit, almarhum dibawa pulang ke rumah untuk dikebumikan hari itu. Meski Bandi dikenal kurang baik oleh warga kampung, tetap ada sebagian warga yang melayat. Jenazah almarhum kemudian dimandikan, dikafani, dishalati kemudian diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhir. Tak ada kejadian aneh yang terjadi waktu pemakaman berlangsung.




Singkat cerita, tahlilan dan yasinan itu dilakukan setelah Maghrib dan rencananya, acara itu akan digelar selama 40 hari. Tapi saat tahlilan dan yasinan itu berlangsung 1 minggu, kejadian aneh terjadi. Tiba-tiba kuburan Bandi meledak hebat. Orang yang sedang tahlilan kaget, tercekat bunyi ledakan. Apalagi sesaat kemudian, dari dalam kubur muncul seekor ular besar yang menjulur-julurkan lidahnya ke arah warga yang sedang membaca surat Yasin.

Seketika orang yang hadir dalam acara tahlilan itu berhamburan kabur, lari tunggang langgang. Tetapi, tidak berapa lama kemudian, ular raksasa itu masuk kembali ke kubur yang sudah terbuka. Kejadian aneh itu ditafsiri warga dengan berbagai cerita. Tetapi, yang jelas di malam itu anak-anka almarhum Majnun segera meminta orang-orang yang ikut tahlilan untuk merahasiakan kejadian aneh tersebut agar tutup mulut, dan setiap orang diberi uang yang lumayan besar.

Tentu saja, cerita tragis yang dialami keluarga Bandi itu bukanlah suatu kebetulan belaka. Lantaran semasa hidupnya, Bandi dikenal sebagai orang yang sombong, angkuh dan punya pesugihan. 

Padahal, Allah menganjurkan umat Islam supaya tidak sombong sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong, sesungguhnya Allah tak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Lukman: 18).

Dan, pesugihan itu adalah syirik dan dosa syirik adalah dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah.Semoga kisah ini kita ambil hikmahnya (lk/ berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar