Werkudara atau Bima adalah putra dari Prabu Pandhu dengan seorang ibu Dewi Kunti Talibrata. Di jaman mudanya Werkudara bernama Brontoseno. Dia berguru pada sang resi Druna. Dalam istilah versi islam disebut ''Walqodaro''dengan arti percaya Qodlo dan qodar atau taat pada ketetapan Allah Swt.
Inilah ketetapan Allah (qodlo dan Qodar) yang kita petik dari sepenggal kisah Werkudara atau bima sebelum menemukan jatidirinya. Karena kejujurannya, dia terlepas dari bencana malahan "bertambah kesaktiannya".
Suatu ketika,dua
kubu para Kurawa dan Pandawa pergi bertamasya bareng disebuah sungai besar.
Bima (Brontoseno) disuguhi makanan dan
minuman oleh Doryodono, yang sebelumnya telah diberi racikan racun. Bima selalu
berbaik sangka, selanjutnya ia memakan makanan yang diberikan oleh Duryodana.
Tak lama kemudian, Brontoseno pingsan. Lalu tubuhnya diikat kuat-kuat oleh
Duryodana dengan menggunakan tanaman menjalar.
Selanjutnya itu dihanyutkan ke sungai tersebut dengan rakit.
Saat rakit yang membawa Brontoseno sampai di tengah sungai, ular-ular yang
hidup di sekitar sungai tersebut mematuk badan Bima. Ajaibnya, bisa ular
tersebut berubah menjadi penangkal bagi racun yang dimakannya.
Setelah sadar,
Brontoseno langsung melepaskan ikatan tanaman menjalar yang melilit tubuhnya,
lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit badannya. Beberapa ular menyelamatkan
diri untuk menemui rajanya, yaitu Antaboga.
Ketika Antaboga
mendengar kabar bahwa Brontoseno telah membunuh anak buahnya. Ia segera menyambut dan menyuguhi minuman
kepada Brontoseno. Kali ini bukan minuman biasa, tiap mangkuknya memiliki kekuatan
setara dengan sepuluh gajah. Lalu
Brontoseno meminumnya tujuh mangkuk, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat,
setara dengan tujuh puluh gajah.
Brontoseno
tinggal di istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia pulang.
Apa yang terjadi, Duryodono kesal karena orang yang dibencinya masih hidup. Semenjak
itu, para Pandawa menyadari bahwa kebencian dalam hati Duryodana mulai tumbuh,
mereka mulai berhati-hati dan waspada.(lk/ berbagai umber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar