Sombong
, takabur , angkuh dan sejenisnya tak terasa merasuk dalam jiwa umat manusia sangat
halus sekali. Bahkan tanpa kita sadari kita pernah melakukannya, ASTAGFIRULAH…meski
dalam kadar sekecil biji atom.
Hakikat sombong, menurut Imam Ghazali, adalah apabila seseorang
memandang dirinya lebih unggul daripada orang lain dalam segi kesempurnaan
sifat. Dan sesungguhnya sifat ini menyebabkan kehinaan dan kegoyahan akidah.
Dari Hadis dan Firman ALLAH juga menjelaskan :
Sombong
sendiri makna hakikinya dalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. “(Orang
sombong adalah) orang yang menolak kebenaran dan merendahkan orang lain” (HR
Muslim).
“Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang sombong lagi membanggakan diri. (QS Luqmân [31] : 18).
Kategori sombong , ada empat, yaitu ujub, dendam, dengki dan
riya’. Namun al-Ghazali pun mengklasifikasikan bahwa sumber-sumber kesombongan
itu ada 4 macam, diantaranya adalah sebagai berikut:
Mengerti, dalam arti banyak orang-orang yang alim yang mengerti
banyak hal, akan tetapi ia tak luput dari kesombongan. Karena ilmu merupakan
keutamaan paling tinggi di sisi Allah, maka tak sedikit orang yang berilmu
melihat dirinya lebih unggul daripada orang lain.
Rasulullah Saw. Bersabda: “ Bahaya mengerti adalah sombong.”
Hadis lain mengatakan, “ Janganlah kalian termasuk orang-orang alim yang
sombong, sebab ilmumu tidak sebanding dengan kebodohanmu.” Orang alim yang
sombong memiliki karakter yang menganggap dirinya di sisi Allah lebih hebat
daripada orang lain, atau menganggap bahwa hak-haknya merupakan kewajiban orang
lain, bahkan merasa heran jika orang-orang tidak tunduk kepadanya.
Wara’ (Waspada) dan Ibadah, bahwa sesungguhnya ahli ibadah pun
tidak kedap dari takabur. Dengan ketekunan mereka dalam menjalankan ibadah,
orang-orang ini mennganggap bahwa diri mereka seolah lebih hebat dan utama
daripada Nabi, dan barangsiapa yang telah berani menyakitinya maka akan
dianggap lebih hina daripada orang-orang kafir.
Sombong karena faktor keturunan. Orang yang menyombongkan asal-
usul keturunannya akan semakin sombong dengan perlakuan khusus dari orang lain.
Sombong yang disebabkan oleh harta dan pengikut. Sesungguhnya
takabur semacam ini adalah merupakan ketersimpangan dari jati diri. Mereka
berbangga akan banyaknya harta yang mereka miliki, atau dengan rupa wajah
mereka yang cantik maupun tampan.
Imam Ghazali menjelaskan bahwa, jika kesombongan itu ditujukan
kepada Allah untuk tidak tunduk pada perintah-Nya, maka itu adalah benar-benar
kekufuran. Jika kesombongan itu ditujukan kepada para rasul untuk tidak patuh
kepada mereka karena mereka adalah manusia seperti dirinya, maka itu pun
benar-benar kekufuran. Dan jika kesombongan itu ditujukan kepada manusia dan
menyeru mereka untuk berkhidmat kepada dirinya serta tunduk kepadanya, maka itu
pun merupakan pengingkaran terhadap Allah, karena tidak sepatutnya ia
memerintahkan orang lain taat kepadanya. Jadi jika ia berbuat baik, berilmu dan
beramal, lalu menyombongkannya kepada manusia, maka ia telah menghilangkan pahalanya,
dan hampir pahalanya itu menjadi sia-sia.
SOMBONG YANG DI
SARANKAN
Namun , terkadang “sombong” dipandang perlu untuk dikerjakan ,
bila bertujuan untuk menyadarkan seseorang. Seperti ungkapan yang terpetik dari
kitab ” Bariqah
Mahmudiyah” mengatakan, “Bersikap sombong kepada orang
yang sombong adalah sedekah, karena jika kita bersikap tawadhu di hadapan orang
sombong maka itu akan menyebabkan dirinya terus-menerus berada dalam kesesatan.
Namun,
jika kita bersikap sombong maka dia akan sadar. Ini sesuai dengan nasihat Imam
Syafi’i, ‘Bersikaplah sombong kepada orang sombong sebanyak dua kali.’ Imam
Az-Zuhri mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada pecinta dunia merupakan bagian
ikatan Islam yang kokoh.’ Imam Yahya bin Mu’adz mengatakan,
‘Bersikap
sombong kepada orang yang bersikap sombong kepadamu, dengan hartanya, adalah
termasuk bentuk ketawadhuan.’
Sementara, ulama
yang lain mengatakan, “Terkadang bersikap sombong kepada orang yang sombong,
bukan untuk membanggakan diri, termasuk perbuatan terpuji. Seperti, bersikap
sombong kepada orang yang kaya atau orang bodoh TAPI sombong.” Wallahu alam
(lk /bbs)