Inilah Islam di Indonesia, penuh
dengan kearifan lokal. Begitu Indah, kekayaan budaya di buminya ALLAH berpadu
dengan agama yang di ridlhai ALLAH, yaitu ISLAM.
Maka,
jika bukan orang Indonesia, takkan mengerti Islam Indonesia. Mereka tidak
paham, oleh karena, seakan-akan, para ulama dulu tidak serius dalam menanam.
Sahadatain
jadi sekaten . Kalimah sahadat jadi kalimosodo . Ya Hayyu Ya Qayyum jadi Yo Kayuku Yo Kayumu.
Ini terkesan ulama dahulu tidak ‘alim . Ibarat pedagang, seperti pengecer.
Tetapi,
lima ratus tahun kemudian tumbuh subur menjadi Islam di Indonesia. Jamaah haji
terbanyak dari Indonesia. Orang shalat terbanyak dari Indonesia. Orang membaca
Alquran terbanyak dari Indonesia. Dan Islam yang datang belakangan ini gayanya
seperti grosir: Islam kaaffah,
begitu diikuti, mencuri sapi, merusak tatanan dan intolerir terhadap pemelik agama lainnya.
Berawal
dari sinilah, jangan sekali-kali mencurigai Nahdlatul Ulama menanamkan benih
teroris.
Teroris
tidak mungkin tumbuh dari Nahdlatul Ulama, karena Nahdlatul Ulama lahir dari
Bangsa Indonesia.
Maka, Nahdlatul Ulama hari ini menjadi organisasi terbesar di dunia. Dari Muktamar Makassar jamaahnya sekitar 80 juta, sekarang di kisaran 120 juta. Yang lain dari 20 juta turun menjadi 15 juta. Kita santai saja. Lama-lama mereka tidak kuat, seluruh tubuh kok ditutup kecuali matanya. Kita tidak pernah melupakan sanad, urut-urutan, karena itu cara Nahdlatul Ulama agar tidak keliru dalam mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad saw. (LK/ BERBAGAI SUMBER/ habis)
Maka, Nahdlatul Ulama hari ini menjadi organisasi terbesar di dunia. Dari Muktamar Makassar jamaahnya sekitar 80 juta, sekarang di kisaran 120 juta. Yang lain dari 20 juta turun menjadi 15 juta. Kita santai saja. Lama-lama mereka tidak kuat, seluruh tubuh kok ditutup kecuali matanya. Kita tidak pernah melupakan sanad, urut-urutan, karena itu cara Nahdlatul Ulama agar tidak keliru dalam mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad saw. (LK/ BERBAGAI SUMBER/ habis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar