Islam di Indonesia adalah Islam “
terbaik” didunia. Hal ini tidak berlebihan, sebabnya
keutuhan Islam di Indonesia itu karena memiliki jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU).
Semua
pingin tahu NU itu seperti apa.
Ternyata, jaman dulu ada orang belanda yang sudah
menceritakan santri NU, namanya C. Snouck Hurgronje. C. Snouck Hurgronje itu
hafal Alquran, Sahih Bukhori, Sahih Muslim, Alfiyyah Ibnu Malik, Fathul Mu’in ,
tapi tidak islam, sebab tuganya menghancurkan Islam Indonesia, karena Islam
Indonesia selalu melawan Belanda. Sultan Hasanuddin, santri. Pangeran
Diponegoro atau Mbah Abdul Hamid, santri. Sultan Agung, santri. Mbah Zaenal
Mustofa, santri. Semua santri kok melawan Belanda.
Akhirnya ada orang belajar secara khusus tentang
Islam, untuk mencari rahasia bagaimana caranya Islam Indonesia ini remuk,
namanya C. Snouck Hurgronje. C. Snouck Hurgronje masuk ke Indonesia dengan
menyamar namanya Syekh Abdul Ghaffar.
Tapi C. Snouck Hurgronje belajar Islam,
menghafalkan Alquran dan Hadis di Arab. Maka akhirnya paham betul Islam.
Begitu
ke Indonesia, C. Snouck Hurgronje bingung: mencari Islam dengan wajah Islam,
tidak ketemu. Ternyata Islam yang dibayangkan dan dipelajari C. Snouck Hurgronje
itu tidak ada.
Mencari
Allah disini tidak ketemu, ketemunya pangeran. Padahal ada pangeran namanya
Pangeran Diponegoro. Mencari istilah shalat tidak ketemu, ketemunya sembahyang.
Mencari syaikhun, ustadzun , tidak ketemu, ketemunya kiai. Padahal ada nama
kerbau namanya kiai slamet. Mencari mushalla tidak ketemu, ketemunya langgar.
Maka,
ketika C. Snouck Hurgronje bingung, dibantu Van Der Plas. Ia menyamar dengan
nama Syeh Abdurrahman. Mereka memulai dengan belajar bahasa Jawa. Karena ketika
masuk Indonesia, mereka sudah bisa bahasa Indonesia, bahasa Melayu, tapi tidak
bisa bahasa Jawa.
Begitu belajar bahasa Jawa, mereka bingung, strees. Orang
disini makanannya nasi (sego). C. Snouck Hurgronje tahu bahasa beras itu, bahasa
inggrisnya rice, bahasa arabnya ar-ruz . Yang disebut ruz, ketika di sawah,
namanya pari, padi. Disana masih ruz, rice. Begitu padi dipanen, namanya
ulen-ulen, ulenan. Disana masih ruz, rice. Jadi ilmunya sudah mulai kucluk , konslet. Begitu ditumbuk, digiling, mereka masih mahami
ruz, rice , padahal disini sudah dinamai gabah . Begitu dibuka, disini namanya
beras, disana masih ruz, rice .
Begitu
bukanya cuil, disini namanya menir , disana masih ruz, rice . Begitu dimasak,
disini sudah dinamai sego , nasi, disana masih ruz, rice. Begitu diambil cicak
satu, disini namanya
upa , disana namanya masih ruz, rice . Begitu
dibungkus daun pisang, disini namanya lontong, sana masih
ruz, rice. Begitu dibungkus janur kuning namanya
ketupat, sana masih ruz, rice. Ketika diaduk dan lembut, disini namanya bubur,disana namanya
masih ruz, rice .
Inilah bangsa aneh, yang membuat C. Snock Hurgronje , pusing. Mempelajari Islam Indonesia tidak paham, akhirnya mencirikan
Islam Indonesia dengan tiga hal:
Kethune miring sarunge nglinting
Berkopiah miring dan bersarung ngelinting
Mambu rokok
Bau rokok
Tangane gudigen
Tangannya berpenyakit kulit
Cuma tiga hal itu
catatan (pencirian Islam di Indonesia) C. Snouck Hurgronje di Perpustakaan Leiden,
Belanda. Tidak pernah ada cerita apa-apa, yang lain sudah biasa.
Maka, jangankan C. Snouck Hurgronje, orang Indonesia
saja kadang tidak paham dengan Islam Indonesia, karena kelamaan di Arab. Iihat
tetangga pujian, karena tidak paham, bilang bid’ah .
Melihat tetangga
menyembelih ayam untuk tumpengan, dibilang bid’ah . Padahal itu produk Islam
Indonesia. Kelamaan diluar Indonesia, jadi tidak paham. Masuk kesini sudah sok-sokan, memanggil Nabi dengan
sebutan “Muhammad” (saja). Padahal, disini, tukang bakso saja dipanggil “Mas”. Akhir-akhir ini semakin banyak yang tidak
paham Islam di Indonesia.
Karena Islam Indonesia keluar dari rumus-rumus
Islam dunia, Islam pada umumnya. Kenapa? Karena Islam Indonesia ini sari pati
(essensi) Islam yang paling baik yang ada di dunia. Kenapa? Karena Islam
tumbuhnya tidak disini, tetapi di Arab. Rasulullah orang Arab. Bahasanya bahasa
Arab. Yang dimakan juga makanan Arab. Budayanya budaya Arab.
Kemudian Islam
datang kesini, ke Indonesia. Kalau Islam masuk ke Afrika itu mudah, tidak sulit,
karena waktu itu peradaban mereka masih belum maju, belum terdidik. Orang belum
terdidik itu mudah dijajah. Seperti pilkada, misalnya, diberi 20.000 atau mie
instan sebungkus, beres. Kalau mengajak orang berpendidikan, sulit, dikasih 10
juta belum tentu mau. Islam datang ke Eropa juga dalam keadaan terpuruk.
Tetapi Islam datang kesini, mikir-mikir dulu, karena bangsa sedang dalam
kuat-kuatnya. Bangsa anda sekalian itu bukan bangsa kecoak. Ini karena ketika
itu sedang ada dalam kekuasaan negara terkuat yang menguasai 2/3 dunia, namanya
Majapahit. Majapahit ini bukan negara sembarangan. Universitas terbesar di
dunia ada di Majapahit, namanya Nalanda. Hukum politik terbaik dunia yang
menjadi rujukan ada di Indonesia, waktu itu ada di Jawa, kitabnya bernama
Negarakertagama. Hukum sosial terbaik ada di Jawa, namanya Sutasoma. Bangsa ini
tidak bisa ditipu, karena orangnya pintar-pintar dan kaya-kaya.
Cerita surga di Jawa itu tidak laku. Surga itu
(dalam penggambaran Alquran): tajri min tahtihal anhaar (airnya mengalir),
seperti kali. Kata orang disini: “mencari air kok sampai surga segala? Disini
itu, sawah semua airnya mengalir.” Artinya, pasti bukan itu yang diceritakan
para ulama penyebar Islam.
Cerita surga tentang buahnya banyak juga tidak,
karena disini juga banyak buah. Artinya dakwah disini tidak mudah. Diceritain
pangeran, orang Jawa sudah punya Sanghyang Widhi. Diceritain ka’bah orang jawa
juga sudah punya stupa: sama-sama batunya dan tengahnya sama berlubangnya.
Dijelaskan menggunakan tugu Jabal Rahmah, orang Jawa punya Lingga Yoni.
Dijelaskan
memakai hari raya kurban, orang Jawa punya peringatan hari raya kedri. Sudah
lengkap. Islam datang membawa harta-benda, orang Jawa juga tidak doyan. Kenapa?
Orang Jawa beragama hindu. Hindu itu, orang
kok ngurusin dunia, kastanya keempat: Sudra . Yang
boleh bicara agama adalah orang Brahmana , kasta yang sudah tidak membicarakan
dunia. Dibawah Brahmana ada kasta Ksatria,
seperti kalau sekarang bupati. Ini juga tidak boleh bicara agama, karena masih ngurusin dunia. Dibawah itu ada kasta namanya Wesya
(Waisya), kastanya pegawai negeri. Kasta ini tidak boleh bicara agama. Dibawah
itu ada petani, pedagang dan saudagar, ini kastanya Sudra .
Kasta
ini juga tidak boleh bicara agama. Jadi kalau ada cerita Islam dibawa oleh para
saudagar, tidak bisa dterima akal. Secara teori ilmu pengetahuan ditolak, karena
saudagar itu Sudra dan Sudra tidak boleh bicara soal agama. Yang cerita Islam
dibawa saudagar ini karena saking BINGUNG-nya, memahami Islam di Indonesia.
(LK/BERSAMBUNG)