Beberapa bulan terakhir ini suhu politik di Indonesia kian memanas (disertai AKSI DAMAI baik dari yang pro dan kontra) adanya isu "penistaan agama" yang disangkakan pada Gubernur DKI Jakarta, AHOK dan masalah korupsi dana E-KTP juga " meramaikan " berita nasional baik di media cetak maupun elektronik. Yang menarik disini...ada yang mengingatkan kita atas keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Percaya atau tidak ada batau akik yang menggambarkan AKSI DAMAI plus dengan bentangan bendera merah putih sangat detail. Bisa jadi ini adalah pelambang bagi realita masalah yang ada di republik ini. Subhannallah..
Bila ditarik benang merah...jujur para lelaki normal akan tertarik pada sosok wanita yang dianggap sebagai " pelengkap" gemerlap dunia. Hingga tak jarang para koruptor, selalu mendapat bonus " sang penghibur" yakni wanita -wanita muda nan cantik siap menemani kencan di hotel sebagai kompensasi beberapa proyek agar berjalan dengan mulus. Sepertihalnya, kasus impor daging sapi beberapa waktu lalu juga mengumpankan seorang wanita muda cantik kepada sang koruptor yang bejat dan mata keranjang tersebut. Ini juga tergambar di batu akik berwarna hitam dengan siluet sosok wanita penghibur.
Ditengah carut marutnya negri ini, dimana kebathilan masih merajalela, kita harus mawas diri seperti apa yang di tuturkan oleh Semar (tokoh pewayangan) yakni : Eling lan waspada, artinya ingat dan waspada. Merupakan kunci selamat, agar kita terhindar dari segala marabahaya. Dalam kajian ini , ingat berarti selalu mengingat atas keberadaan Tuhan yang selalu mengontrolsegala kehidupan makluknya. Waspada, artinya berhati-hatai dalam segala tindak tanduk kita jangan sampai berujung celaka. Dan inilah gambar semar dalam batu akik koleksi LOKAJAYA, filosofinya seperti yang baru saja kita bahas diatas.
Dan sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai perjuangan pedahulu kita. Panglima Ceng Ho datang dari daratan tiongkok ke Nusantara selain berdagang beliau bertujuan mensyiarkan agama ISLAM. Kini nama Muhammad ceng Ho diabadikan sebagai nama masjid ( berasitektur Tiongkok) di Surabaya. Dan kami juga memiliki batu akik yang bergambar penyebar Islam asal Tiongkok tersebut (Ceng Ho ).
Ada satu lagi, akik bergambar sosok legenda nusantara yakni: Jaka Tingkir alias Mas karebet adalah putra dari Ki Kebo Kenanga yang sering disebut Ki Ageng Pengging, putra Pangeran Handayaningrat, seorang bangsawan keturunan Majapahit yang disebut juga Ki Ageng Pengging Sepuh yang menikahi Ratu Pembayun, putri bungsu Prabu Brawijaya.
Mereka adalah orang-orang keturunan Majapahit yang bersama dengan para angkatan tua lainnya memilih mati ketika para Wali dan prajurit Demak datang untuk menawan dan membawa mereka untuk diadili di Demak, namun kemudian keluarga-keluarga mereka habis dibantai oleh prajurit Demak di bawah pimpinan para Wali. Bayi Jaka Tingkir berhasil diselamatkan oleh LOKAJAYA ( Sunan Kalijaga) setelah mata batin LOKAJAYA melihat sebuah sinar terang yang bersinar bercahaya di wajah bayi itu, cahaya wahyu keprabon.
Sejak kecil Jaka Tingkir (Mas Karebet) senang mengembara, ke gunung-gunung, ke bukit-bukit, keluar masuk hutan, mendatangi tempat-tempat wingit dan angker atau pun menyepi di goa-goa. Seperti apa yang dilakukan oleh LOKAJAYA, beliau juaga mnyepi di Gua langsih kawasan Surowiti ketika masih muda. Wallahu a'lam.
Dan yang ini adalah akik HURAIRAH atau anak Kucing . Penampakannya sangat mirip dengan gambar anakan kucing. Menginagatkan kita pada seekor kucing anakan yang lucu, wajahnya yang imut dan ting kahnya yang menggemaskan. Ternyata hewan berbulu ini adalah hewan kesayangan Rosulullah dan sahabatnya, Abu Hurairah. Dan inilah ulasan "akik berkisah" kali ini ...semoga bisa diambil hikmahnya. (lk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar